Senin, 30 Agustus 2010

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM) MDRASAH ALIYAH

DAFTAR ISI


Daftar isi

BAB I : PENDAHULUAN
A.Rasional 1
B.Pendekatan, Prinsip, dan Motivasi Belajar 2
C.Penyediaan Pengalaman Belajar 7
D.Pencapaian Kompetensi 9

BAB II : PENGELOLAHAN KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR
A. Pengelolahan Siswa dan Kelas 11
B. Pengelolaan Pembelajaran 12
C. Pengelolahan Sumber Daya dan Sumber Belajar 16

BAB III : PELAKSANAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
A.Persiapan. 17
B.Pelaksanaan 18
C.Penilaian 24



























BAB I
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM)

A. Pendahuluan
Pembelajaran Aqidah Akhlak sesungguhnya tidak hanya mempelajari ilmunya semata, namun yang lebih penting bagaimana menumbuhkan kesadaran agar peserta didik memiliki kekokohan aqidah dan keluhuran akhlak yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, baik dalam hubungan dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar.
Tujuan mata pelajaran Aqidah Akhlak MA adalah untuk lebih mendalami pelajaran Aqidah Akhlak di MTs menumbuhkan dan meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan pengembangan pengalaman, pengetahuan, penghayatan, penyadaran dan pengamalan Aqidah dan Akhlak Islam, sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dan meningkat dalam hal keimanan dan ketaqwaanya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut pada satuan jenjang pendidik madrasah Aliyah, siswa diharapkan dapat menguasai kompetensi lulusan yaitu:
a. Meyakini adanya qadla dan qadar melalui analisis terhadap fenomena kehidupan manusia.
b. Mentelaah dan menganalisis fenomena alam, problem sosial dan kultural melalui pendekatan akidah Islam.
c. Memahami dan menghayati sistim norma Islam untuk dijadikan landasan hidup bermasyarakat dalam berbagai aspek kehidupannya.
d. Mampu menggali ajaran dan nilai–nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadist untuk dijadikan titik tolak dalam mengamati fenomena sosial, politik, kultural,seni, iptek,baik lokal maupun global.
Keberhasilan untuk mencapai tujuan tersebut di atas, sangat ditentukan oleh bagamaina pola-pola yang dikembangkan dalam pelaksanan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar merupakan upaya menciptakan suasana paedagogis (suasana didaktik, metodik, dan psikologis) dan antragogis (suasana belajar yang kondusif sesuai dengan situasi dan kondisi) untuk mencapai standar kompetensi Aqidah Akhlak yang lebih efektif, efisien, dan menyenangkan. Untuk itu perlu dikembangkan buku Kegiatan Belajar Mengajar Aqidah Akhlak sebagai salah satu komponen dari pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Buku Kegiatan Belajar Mengajar ini menyajikan prinsip-prinsip pengembangan, pengelolaan, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah

B. Pendekatan, Prinsip KBM, dan Prinsip Motivasi Belajar

1. Pendekatan
Pendekatan merupakan cara pandang dan tindakan nyata yang dilakukan untuk memecahkan masalah belajar, sumber belajar, dan cara siswa belajar agar kompetensi dasar dapat dicapai siswa secara maksimal. Pendekatan apapun yang digunakan dalam KBM Aqidah Akhlak, diharapkan dapat memberikan peran kepada siswa sebagai pusat perhatian dan kegiatan belajar mengajar. Tugas dan peranan guru dalam pembentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh metodik “apa yang akan dipelajari” siswa, melainkan pada “ siswa bisa apa” setelah kegiatan belajar mengajar. Karena itu pertanyaan guru adalah “kemampuan apa yang dipelajari siswa“ dan “bagaimana merekayasa, menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif dan efektif terhadap lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan yang diciptakan dalam KBM, baik sebagai sumber belajar yang direncanakan maupun yang dimanfaatkan atau dengan memanfaatkan nara sumber lain.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan acuan dalam merancang dan mengembangkan KBM Aqidah Akhlak, yaitu:
1. Pendekatan keimanan/spiritual: pembelajaran yang dikembangkan dengan mengelolah rasa dan kemampuan beriman peserta didik melalui pengembangan kecerdasan spiritual (SQ) dalam menerima, menghayati, menyadari, dan mengamalkan nilai-nilai dan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari sehingga memiliki iman yang cerdas, matang, dan dewasa atau menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya melalui Penyadaran bahwa Tuhan Allah sebagai sumber kehidupan makhluk sejagat ini.
2. Pendekatan pengalaman, proses pembelajaran yang dikembangkan dengan paradigma pedagogik reflektif yag lebih mengutamakan aktivitas siswa untuk menemukan dan memaknai pengalamannya sendiri dalam menerima dan mengamalkan nilai-nilai dan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya melakukan refleksi pengalaman keagamaan setiap mengawali pelajaran
3. Pendekatan emosional, pembelajaran yang dikembangkan dengan mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) peserta didik dalam menerima, menghayati, menyadari, dan mengamalkan nilai-nilai dan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan emosi memiliki lima unsur yaitu kesadaran diri (self- Awareness), pengaturan diri (self-Regulation), motivasi (Motivation), empati (Empathy), dan keterampilan sosial (social skill) . Misalnya melalui mengembangkan motivasi dan rasa empati amal sosial atau akhlak terhadap orang yang berkekurangan
4. Pendekatan rasional, pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan peranan akal (rasio) sesuai tingkat perkembangan kognitif/intelektual peserta didik dalam menerima, menghayati, menyadari, dan mengamalkan nilai-nilai dan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, misalnya melalui penalaran moral dalam menentukan sikap/akhlak berbakti kepada orang tua
5. Pendekatan keteladanan, adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan peranan figur personal sebagi pewujud nilai-nilai ajaran Islam, agar siswa dapat melihat, merasakan, menyadari, menerima, dan mencontoh untuk mengamalkan nilai-nilai yang dipelajari. Figur personal di sekolah adalah guru PAI dan semua warga madrasah, sedangkan di rumah adalah orang tua dan seluruh anggota keluarga untuk dijadikan acuan atau sumber belajar dalam mewujudkan kepribadian beragama seorang. Misalnya, figur guru yang menampilkan kepribadian sopan, ramah, pandai, rapi, bersih, taat beribadah dsb.
6. Pendekatan Pembiasaan adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran terhadap konteks/lingkungan belajar (disekolah maupun luar sekolah) dalam membangun mental (mental building) dan membangun komunitas/masyarakat (community building) yang Islami sesuai kesanggupan siswa dalam mengamalkan dan mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan belajar yang ada disekitar siswa diupayakan, direkayasa, dan diciptakan untuk dapat mendukung siswa dalam berlatih, mencoba, praktik, dan terbiasa berperilaku baik yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam. Misalnya pembiasaan 4 S (Senyum, Salam, Sapa, dan Santun) di madrasah setiap bertemu orang.
7. Pendekatan Fungsional adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran terhadap kemampuan untuk menggali, menemukan, dan menunjukkan nilai-nilai fungsi tuntunan dan ajaran agama sebagai pedoman hidup dalam menjawab dan memecahkan persoalan kehidupan manusia. Misalnya menunjukkan fungsi agama dalam mengatur kehidupan bertetangga

Disamping pendekatan tersebut diatas dalam merancang dan mengembangkan kegiatan belajar mengajar Aqidah Akhlak juga perlu mengacu pada beberapa pendekatan belajar dan pembelajaran secara umum sebagai berikut:
1. Empat Pilar Pendidikan, adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan menyatukan empat pilar pendidikan, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama /kebersamaan (learning to live together).
2. Inquiry dan discovery, adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran siswa sebagai young scientist” (peneliti muda), ia selalu ingin mengetahui karena rasa keingintahuan (curiosity) yang besar untuk mencari dan menemukan kebenaran nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan. Misalnya dengan dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang beragam, seperti “apa, mengapa, bagaimana, dan bagaimana jika …….. siapa, untuk apa” terhadap fakta/peristiwa yang ada di sekitar kehidupannya
3. Konstruktivistik, adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran terhadap siswa sebagai pembangun gagasan, pengetahuan, dan nilai yang bermakna melalui interaksinya dengan ayat-ayat qauliyah (bersumber dari al-Quran dan al-Hadist), kisah, sirah nabawiyah dan ayat-ayat qaunniyah (lingkungan, peristiwa, informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni/budaya di sekitar siswa dalam mewujudkan aqidah dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya melalui diskusi, pembuktian, demontrasi, dan kegiatan praktis dalam mempertajam gagasan dan penghayatan nilai-nilai ajaran Islam
4. Pemberi Nilai Agama terhadap Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas), adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran Pendidikan agama berfungsi sebagi sumber nilai bagi perkembangan Science, Environment, Technology and Society (SETS). Melalui klarifikasi nilai terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan dampaknya bagi lingkungan alam, budaya, dan peradaban umat manusia sehingga dapat menentukan pilihan sikap beragama secara benar sesuai ajaran Islam. Misalnya klarifikasi jenis produk, identifikasi nilai-nilai yang terkandung, menemukan dampak positif dan negatifnya, menentukan sikap/pilihan nilai yang akan dilakuakan
5. Demokratisasi, adalah suatu bentuk upaya pembelajaran yang menjadikan madrasah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Pembelajaran yang demokratis dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik. Misalnya siswa diposisikan sebagai subjek yang sama dalam hal belajar dan dihargai sesuai kemampuanya. Suasana belajar mengajar akrab, terbuka, menyenangkan, saling menghormati dan menghargai. Tidak kaku, tegang, tugas tidak seimbang, perintah dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi pasif, tidak berkembang tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kelelahan.
6. Membangun Jaringan Pengetahuan, adalah upaya membantu siswa melakukan pengelolahan informasi yang diterima dengan baik sehingga membentuk suatu pemahaman yang sistematis. Misalnya dengan strategi pengorganisasian dan pengintegrasian isi materi melalui analogi, diskusi elaboratif, dan pengklasifikasian. Seperti analog kasih Ibu bagaikan sang Surya. Diskusi elaboratif peran, fungsi, jasa ibu, klasifikasi nilai kasih Ibu.

2. Prinsip Pengembangan KBM

Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang mengikuti prinsip-prinsip belajar-mengajar dan prinsip motivasi dalam belajar Aqidah Akhlak. Belajar mengajar Aqidah akhlak merupakan kegiatan aktif siswa dalam menemukan dan membangun makna atau pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Aqidah dan Akhlak Islam. Karena itu guru Aqidah Akhlak perlu memberikan kesempatan dan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam menemukan dan membangun makna atau pemahaman nilai-nilai ajaran Islam. Perlu dibangun kesadaran bahwa tugas dan tanggung jawab belajar berada pada diri siswa. Sedangkan guru PAI disamping secara personal dan sosial dapat dijadikan figur atau sumber nilai sebagai acuan manusia berkepribadian agama, maka secara profesional GPAI juga bertanggung jawab untuk menciptakan situasi dan kegiatan belajar mengajar yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Ada 10 prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak:
1. Berpusat Pada Siswa
Setiap siswa yang belajar PAI (Aqidah Akhlak) memiliki perbedaan satu sama lain. Perbedaan tersebut bisa dalam hal minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Ditinjau dari latar belakang pengalaman beragama, ada siswa yang berasal dari keluarga taat beragama, dan ada yang acuh tak acuh terhadap pengamalan nilai-nilai keagamaan. Ditinjau dari gaya belajarnya, siswa tertentu lebih mudah belajar dengar baca dan melihat (visual), dengan mendengar (audio), atau dengan cara gerak (kinestika). Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa.
2. Belajar dengan keteladanan dan Pembiasaan
KBM aqidah akhlak tidak terputus pada pengetahuan, tetapi harus ditindak lanjuti pada pemberian contoh/keteladanan dalam pengamalan, dan berlatih membiasakan diri untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan Kemampuan Sosial
Siswa akan lebih muda menemukan dan membangun pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam aqidah dan akhlak Islam, apabila dapat mengkomunikasikan pengalaman dan pemahamannya kepada siswa lain, guru atau pihal-pihak lain. Untuk membangun makna, KBM Aqidah akhlak diperlukan pengalaman langusng atau tidak langsung kaitannya dengan lingkungan sosial.
4. Mengembangkan Fitrah Bertauhid
Keingintahuan dan Imajinasi, Siswa dilahirkan dengan membawa fitrah bertauhid (QS; al-A’rof:172). Fitrah bertauhid tersebut harus dikembangkan dan butuh bimbingan agar beraqidah dan berakhlak yang benar dan lurus (hanif). Rasa ingin tahu dan daya imajinasi merupakan modal dasar yang harus dikembangkan agar siswa mampu bersikap sesuai dengan nilai dan ajaran agama Islam.
5. Mengambangkan Keterampilan Memecahkan Masalah
Di era globalisasi ini siswa memerlukan keterampilan memecahkan masalah dan kemampuan untuk dapat mengambil keputusan sikap dan nilai secara tepat dan benar dalam kehidupan. Untuk itu KBM Aqidah akhlak dikembangkan agar siswa terampil dalam mengidentifikasi , mengklasifikasi, memecahkan dan memeutuskan nilai atau sikap secara benar dengan menggunakan prosedur ilmiah yang bersumber dari wahyu Illahi.
6. Mengembangkan Kreatifitas Siswa
Pembelajaran aqidah akhlak dikembangkan agar siswa diberikan kesempatan dan kebebasan untuk berkreasi dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan.
7. Mengembangkan Kepahaman Penggunaan Ilmu dan Teknologi
Siswa perlu mengenal penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini namun tidak mempertuhankan hasil-hasil perkembangan IPTEKS. KBM Aqidah Akhlak juga perlu memberikan peluang agar siswa memperoleh informasi dari berbagai sumber belajar dan penggunaan multimedia pembelajaran.
8. Menumbuhkan Kesadaran Sebagai Warga Negara yang Baik
Pembelajaran Aqidah akhlak yang dikembangkan tidak terlepas dari membangun kepribadain dan moral siswa sebagai anak Indonesia. Karena itu wujud dan contoh-contoh pengamalan aqidah dan akhlak diupayakan dapat memberikan wawasan dan kesadaran kepada siswa untuk menjadi warga negara yang taat beragama serta menghormati dan mengharagi agama lain secara bertanggung jawab serta memberikan wawasan nilai-nilai moral dan sosial yang dapat membekali siswa agar menjadi warga masyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab.
9. Belajar Sepanjang Hayat
Belajar aqidah akhlak adalah membangun moral sepanjang kehidup. Karena itu pembelajaran dikembnagkan agar siswa memilki kesadaran dan terus butuh belajar agama sepanjang hayat
10. Perpaduan kompetensi, Kerjasama, dan Solidaritas
Siswa perlu berkompetensi, bekerjasama, dan mengembangkan solidaritasnya. KBM perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama yang memungkinkan siswa bekerja secara mandiri dan bekerjasama melalui lintas kompetensi.

3. Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu fakor penentu dalam pencapaian prestasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mudah diarahkan untuk mencapai prestasi belajar. Motivasi dapat dibangkitkan dari dalam diri siswa (motivasi intrisik) dan dapat pula dibangkitkan dari luar (motivasi ekstrisik). Motivasi dalam diri siswa akan tumbuh apabila siswa tahu dan menyadari bahwa apa yang dipelajari bermakna atau bermanfaat. Ada dua potensi yang dapat membangkitkan motivasi belajar yang efektif, yaitu keingintahuan dan keyakinan siswa akan kemampuan dirinya. Pada umumnya siswa memiliki rasa ingin tahu dan memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya. Karena itu guru perlu harus dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu:
1. Kebermaknaan
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika kegiatan dan materi belajar aqidah akhlak dikethui kegunaan/manfaatnya dan dirasakan bermakna bagi dirinya. Pelajarn dirasakan bermaka apabila siswa menemukan adanya keterkaitan dengan pengalamn, bakat, minat, pengetahuan, tugas dan tata nilai dalam kehidupan sehari-hari siswa.
2. Kontinuitas dan integritas
Penataan organsisi isi materi tidak terjadi tumpang tindih dengan memperhatikan kontinuitas dan integritas materi aqidah akahlak pada setiap level dan jenjang pendidikan
3. Model/ figure/Tokoh
Siswa akan menghayati, menyadari, dan mencontoh pengamalan nilai-nilai aqidah akhlak Islam dengan baik, jika guru memberi contoh dan model untuk dilihat dan ditiru.
4. Komunikasi Terbuka
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika guru di awal pelajaran menyampaikan secara terbuka struktur / kontrk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif dan psikomotrik belajar siswa, sehingga kesan pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat.
5. Tugas Menyenangkan dan yang Menantang
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika mereka disediakan materi atau pengalaman dan tugas belajar yang menyenangkan sesuai tingkat kemampuan berpikirnya. Konsentrasi juga dapat bertambah bila siswa menghadapai tugas yang menantang dan sedikit melebihi kemampuannya. Sebaliknya bila tugas terlalu jauh kemampuannya akan terjadi kecemasan. Dan bila tugas kurang dari kemampuannya akan terjadi kebosanan.
6. Latihan yang Tepat dan Aktif
Siswa akan dapat menguasai materi pembelajaran dengan efektif jika kegiatan belajar mengajar memberikan kegiatan latihan sesuai kemampuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk mencapai kompetensi.
7. Penilaian Tugas
Siswa akan memperoleh percapaian belajar yang efektif jika tugas dibagikan dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang dengan frekuensi pengulangan yang tinggi.
8. Kondisi dan Konsekuensi yang Menyenangkan
Siswa akan belajar dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman, dan jauh dari prilaku yang menyakitkan perasaan siswa. Belajar melibatkan perasaaan dan suasana belajar yang menyenangkan sangat diperlukan, karena otak tidak akan bekerja optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan. Perasaan senang biasanya akan muncul bila belajar diwujudkan dalam bentuk permainan khususnya pada pendidikan usia dini. Selanjutnya bermain dapat dikembangkan menjadi eksperimen yang tinggi.
9. Keragaman Pendekatan
Siswa akan belajar jika diberi kesempatan untuk memilih dan menggunakan berbagai pendekatan dan strategi belajar. Pengalaman belajar tidak hanya berorientasi pada buku teks, tetapi juga dapat dikemas dalam berbagai kegiatan praktis seperti proyek, simulasi, drama, dan/atau penelitian/pengujian.
10. Mengembangkan Beragam Kemampuan
Siswa akan belajar secara optimal jika pengalaman belajar yang disajikan dapat mengembanmgkan berbagai kemampuan, seperti kemampuan beragama, logis, matematis, bahasa, musik, kinestetik, dan kemampuan inter maupun intra personal. Madrasah perlu menyediakan berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan kecerdasan itu berkembang sehingga anak dengan berbagai kecerdasan yang berbeda dapat terlayani secara optimal.
11. Melibatkan Sebanyak Mungkin Indera
Siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal, jika dimungkinkan menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan materi pelajaran.
12. Keseimbangan Pengaturan Pengalaman Belajar
Siswa akan lebih menguasai materi pelajaran jika pengalaman belajar diatur sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membuat sesuatu refleksi penghayatan, mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang dipelajari.

C. Penyediaan Pengalaman Belajar
1. Jenis Pengalaman Belajar
Siswa akan lebih menguasai materi pelajaran jika pengalaman belajar diatur sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam secara utuh. Melalui refleksi penghayatan, mengungkapkan, mengalami, mengevaluasi dan berlatih membiasakan apa yang dipelajari menjadikan pembelajaran aqidah akhlak lebih bermakna. Berbagai jenis pengalaman belajar antara lain (1) pengalaman langsung, di mana siswa dapat mempraktikkan akhlak terpuji di sekolah misalnya berhubungan dengan guru, dengan siswa lain, maupun dengan warga sekolah yang lain. Mempraktikkan akhlak terpuji di luar sekolah dengan orang tua, anggota keluarga, atau dengan tetangga dan masyarakat sekitar, (2) pengalaman tidak lansung, siswa menyaksikan pemutaran film di mana dari tokoh pemeran akhlak terpuji siswa dapat memetik hikmah yang patut diteladani, dan (3) perolehan pengalaman belajar dapat di dalam dan/atau di luar ruang kelas, siswa dapat mengakses informasi atau meneladani akhlak terpuji selama di kelas maupun di luar kelas.
2. Modus Perolehan pengalaman belajar
Dalam memilih strategi belajar dan mengajar guru perlu memperhatikan tingkat perolehan hasil belajar. Ketepatan pilihan stategi akan meningktkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Peter Sheal (1989) menunjukkan bahwa modus perolehan hasil belajar berdasarkan pengalaman belajar yang digunakan adalah (1) melalui membaca dapat diperoleh 10%, (2) melalui mendengarkan dapat diperoleh 20%, (3) dengan melihat dan mendengarkan diperoleh hingga 50%, (4) dengan mengatakan diperoleh 70%, dan (5) dengan melakukan atau mengalami sendiri akan diperoleh hingga 90%. Disinilah perlunya rancangan pembelajaran yang menekankan pada “apa yang harus dilakukan oleh siswa”. Dalam pengertian ini, belajar mengajar bukan berarti “apa yang harus diajarkan kepada siswa, melainkan lebih ditekankan kepada apa yang akan dilakukan oleh siswa”.


3. Pengadaan dan pengembangan sumber atau media belajar.
Pencapaian kompetensi Aqidah akhlak akan lebih efektif apabila tersedia berbagai sumber belajar dan media yang bervariasi untuk menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Karena itu penyediaan dan pengembangan sumber atau media pembelajaran mutlak diperlukan. Pengembnagan sumber dan media belajar dapat dilakukan oleh guru sendiri atau oleh tem pengembang. Sedangkan pengadaan sumber belajar dapat dilakukan dengan (1) membuat daftar kebutuhan melalui identifikasi sumber dan sarana pembelajaran Aqidah Akhlak yang dibutuhkan untuk kelancaran pembelajaran, (2) menggolongkan ketersediaan alat, bahan, atau sumber belajar sesuai tingkat kebutuhan dan relevansi, (3) bila sumber belajar tersedia pikirkan kesesuaian penggunaannya, dan (4) bila belum mampu menyediakan yang lebih, lakukan modifikasi bila diperlukan sesuai kebutuhan.
4. Pemanfaatan Sumber/media pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan di dalam kelas, luar kelas, menghadirkan tokoh, dan membawa ke pengalamn real dan sebgainya. Karena itu berbagai sumber belajar yang ada di madrasah dan atau di luar lingkungan madarsah dapat dimanfaatkan. Pemanfatan sumber belajar antara lain dengan melakukan (1) identifikasi kebutuhan sumber belajar, (2) mengidentifikasi potensi sumber belajar yang ada dan dimanfaatkan untuk pembelajaran aqidah akhlak di madrasah, (3) pengelompokkan sumber belajar misalnya: (a) perpustakaan, (b) musholla, (c) media cetak/visual, audio, audio visual, (d) media elektronik dan komputer atau multimedia, internet (e) lingkungan alam sekitar, (f) keluarga atau masyarakat, dan (g) nara sumber, (4) memanfaatkan dan menggunakan sumber belajar sesuai kompetensi dan hasil belajar yang hendak dicapai, seperti (a) menanamkan keimanan, (b) memilki akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela, (c) terbiasa bersikap dan berperilaku sesuai adab atau tatakrama Islam, (d) menghayati dan meneladani kisah-kisah kehidupan para Nabi/ orang baik, (5) bekerja sama dengan keseluruhan warga madrasah dan lingkungan keluarga
5. Bekerja sama dengan keseluruhan warga madarsah dan lingkungan keluarga
Pemanfaatan sumber daya lingkungan diperlukan dalam upaya menjadikan madrasah sebagai bagian integral dari keluarga dan masyarakat. Pembinaan keimaann dan moral/akhlak anak tidak dapat hanya diajari materi akhlak di madarsah tetapi perlu berlatih membiasakan sikap dan perilaku sesuai akhlak islam dalam kehidupan sehari-hari di rumah maupun di masayarakat. Karena itu diperlukan kerjasama dengan ketiga lingkungan tersebut, yaitu lingkungan madrasah, keluarga dan masyarakat.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawah ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklarifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/ diagram. Misalnya Mengklasifikasi dan mencatat macam-macam jenis tumbuhan dan binatang ciptaan Allah yang diketahui oleh anak-anak
D. Pencapaian kompetensi
1. Sasaran pencapaian Kompetensi
• Tujuan pendidikan nasional
• Kompetensi Lintas Kurikulum
• Kompetensi Tamatan
• Kompetensi Rumpun Pelajaran
• Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Uraian untuk masing-masing tujuan dan kompetensi tersebut dapat dilihat pada buku Krikulum dan Hasil Belajar.
Berkenaan dengan Kegiatan Belajar mengajar, sangat penting diperhatikan adanya perubahan di kelas untuk memberikan pengalaman-pengalaman belajar secara autentik dilakukan anak. Didalam buku Kurikulum dan Hasil Belajar telah jelas diuraikan tentang indikator-indikator pencapaian hasil belajar.
Indikator pencapaian hasil belajar menggambarkan hal-hal khusus yang harus dapat dilakukan oleh siswa-siswa sebagai hasil pembelajarannya. Siswa harus diberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan, pengetahuan atau sikap yang sudah dikembangkannya selama kegiatan mengajar dan belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Selama proses ini, guru dapat menilai apakah siswa mampu mempertunjukkan kemampuan yang diukur berdasarkan indikator ketercapaian hasil belajar.
Penguasaan terhadap semua indikator akan menunjukkan bahwa kompetensi itu sudah dikuasai penuh secara memuaskan. Guru dapat menilai prestasi dengan cara ‘Ya atau Tidak’ – ketika melihat untuk kerja yang mengambarkan bahwa yang bersangkutan telah menguasai suatu aspek kompetensi atau belum. Berdasarkan penilaian tersebut dapat ditentukan apakah siswa yang bersangkutan baru menguasai sebagian kecil atau sebagian besar. Untuk memastikan hal ini, guru dapat menggunakan penilaian kompetensi dengan skala bertingkat.
I. Beberapa contoh
Contoh 1 : Aqidah Akhlak
Madrasah Aliyah kelas 1, semester II
Kompetensi : Memahami pengertian takdir dan meyakini adanya
Isi : • Pengertian takdir
• Contoh konkrit adanya takdir dalam berbagai tingkatannya dan menunjukkan prilaku yang mencerminkan kepercayaan kepada takdir
Indikator : Mampu menjelaskan pengertian takdir. Mampu menunjukkan contoh konkrit adanya takdir dalam berbagai tingkatannya dan menunjukkan prilaku yang mencerminkan kepercayaan kepada takdir
Ini berarti bahwa guru menetapkan tugas-tugas yang meminta siswa-siswa menyebutkan arti dan contoh takdir dalam berbagai tingkatannya dan menunjukkan prilaku yang mencerminkan kepercayaan kepada takdir. Jika para siswa dapat melaksanakan tugas-tugas ini secara konsisten, mereka akan dinilai sudah mencapai kompetensi yang diharapkan untuk topik ini pada tingkat kelas yang bersangkutan.
2. Pencapaian kompetensi Tamatan , Aqidah akhlak merupakan mata pelajarn yang terdiri dari aspek kompetensi Aqidah dan akhlak. Kompetensi aqidah harus dapat melandasi kompetensi akhlak peserta didik. Karena itu pencapaian kompetensi tiap tingkatan harus dikembangkan antara aspek Aqidah, akhlak, dan keteladana secara integratif dan berkelanjutan.
3. Pencapain Kompetensi Rumpun Pelajaran, Aqidah Akhlak merupan rumpun mata pelajaran pendidikan agama, karena itu dalam pencapaian kompetensi lulusan dapat diintegrasikan dengan kompetensi mata pelajaran Fiqih/ibadah, SKI, dan Qur’an Hadist.
4. Pencapaian Lintas Kurikulum, Pencapaian kompetensi mata pelajarn aqidah aklak dapat diintegrasikan dengan rumpun mata pelajarn yang lain, seperti IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, Kertakes, dsb.









































BAB II
PENGELOLAHAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
A. Pengelolaan Ruang kelas
Untuk meningkatkan keefektifan kegiatan belajar mengajar Aqidah Akhlak di madrasah Aliyah, penataan ruang kelas perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Aksesibilitas, yakni ruang kelas ditata agar siswa dapat memperoleh dan menjangkau alat dan sumber belajar sehinga dapat belajar dengan cepat dan mudah
2. Mobilitas, yakni ruang kelas dan tempat duduk ditata yang memungkinkan guru dan siswa dapat bergerak di kelas dari satu bagian ke bagian lainnya dengan mudah dan tidak mengganggu suasana belajar
3. Interaksi, yakni suasana ruang kelas di tata agar terjadi interaksi belajar dengan apa yang ada diruang kelas, tempat duduk kelas juga ditata agar terjadi interaksi banyak arah, tidak hanya guru-siswa, tetapi juga siswa guru, dan siswa siswa
4. Variasi kerja siswa, yakni kelas ditata yang dapat memberikan kemungkinan siswa untuk bisa belajar atau bekerja secara perorangan, berpasangan, atau kelompok
5. Kenyamanan belajar, yakni kelas di tata yang dapat memberikan suasana belajar terasa aman, nyaman, indah, sejuk dan membuat siswa kerasan belajar.
B. Pengelolaan Siswa
Pengelolaan cara belajar siswa di madrasah ibtidaiyah dapat didasarkan pada pertimbangan dan pilihan secara tepat sesuai karaktristik siswa dalam menentukan hal –hal berikut;
1. Bentuk Belajar, pengaturan bentuk belajar siswa berdasarkan keragaman kemampaun siswa dalam satu kelas dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Guru perlu mengatur kapan siswa belajar secara klasikal, dalam kelompok besar, kelompok kecil, berpasangan, peseorangan, atau mandiri. Pertimbangan pembagian kelompok belajar, dapat dikelompokkan berdasarkan kemampuan namun harus diperhatikan faktor sosial perkembangan sosial dan psikologis siswa sehingga dapat juga dikembangkan berdasarkan campuran kemampuan untuk mengembangkan tutor sebaya.
2. Catatan Kemajuan Belajar, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa secara individu maupun kelompok hasil belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak. Melalui informasi CKB yang lengkap tersebut guru dapat mengambil keputusan secara tepat dalam memberikan bantuan belajar atau perbaikan kegiatan belajar mengajarnya.
Contoh: Grafik Hasil Kemajuan Belajar Aqidah Akhlak
Semester : ………. Tahun …………
Madrasah Aliyah :…….
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Nilai/Siswa Agus Arif Budi Fatimah Rahimah Juwariyah Khusnul Samson zaenal
3. Pengelolaan Pembelajaran
1. Pengelolaan waktu belajar
a. Menghetahui banyaknya waktu belajar yang ditetapkan dalam satu tahun pelajaran
Dalam kebijakan kurikulum berbasis kompetensi ditetapkan minggu efektif dalam satu tahun minimal 34 minggu (204 hari pengajaran efektif) dalam satu tahun pelajaran (madrasah/sekolah) dengan memperhitungkan hari-hari libur atau hari besar selama tahun itu
Untuk mengetahui hari efektif dalam satu tahun/semester pelajaran dapat dilakukan dengan menghitung Minggu efektif dengan langkah-langkah berikut:
1. Menghitung banyaknya pekan dalam satu tahun/semester
2. Menghitung banyaknya pekan yang tidak efektif dalam satu tahun/semester
3. Menghitung banyaknya pekan efektif dalam satu tahun/semester, dengan cara Jumlah Pekan satu tahun/semester (PS) dikurangi jumlah pekan tidak efektif (PTE)= Pekan Efektif (PE)
4. Menghitung banyaknya jam pelajaran Efektif dalam satu tahun/semester, dengan cara mengkalikan alokasi Jam pelajaran dengan Pekan efektif = Jumlah Jam Pelajaran Efektif (JPE)
Contoh: Format Analisis Alokasi Waktu
Mata Pelajaran :
Satuan Pendidikan :
Kelas/Semester :
Tahun Pelajaran :
No Bulan Jml pekan (PS) Pekan tidak Efektif (PTE) Pekan efektif
(PE) Jumlah Jam Pelajaran Efektif (JPE)
1 Juli 2 0 2

2 x 16 = 34 JP
2 Agustus 4 1 3
3 September 4 0 4
4 Oktober 4 2 2
5 Nopember 4 0 4
6 Desember 2 1 3
Jumlah 20 4 16

b. Mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk setiap Kompetensi
untuk menghitung waktu yang diperlukan untuk setiap kompetensi, dari banyakanya waktu efektif yang tersedia untuk mata pelajaran Aqidah Akhlak dalam satu tahun/semester tersebut, selanjutnya guru perlu melakukan pendistribusian waktu yang tersedia dengan jumlah kompetensi dengan mengikuti proses yang dilukiskan di bawah ini.
• Cari tahu berapa banyak waktu yang dialokasikan untuk mata pelajaran Aqidah Akhlak dalam setiap minggu. (2 jam Pelajaran)
• Kalikan jumlah pelajaran setiap minggu ini dengan jumlah Minggu dalam satu tahun (atau dalam semester) untuk menghitung jumlah jam pelajaran mata pelajaran tersebut. (2 JP x 34 Minggu) = 68 JP
• Jumlahkan kompetensi-kompetensi yang akan dikembangkan dalam matapelajaran dalam tahun itu (atau semester) dan bagi sama dengan pelajaran-pelajaran untuk setahun atau satu semester.
• Kemudian, lihat jumlah isi, kerumitan gagasan atau keterampilan yang akan dikembangkan dan hakikat tugas-tugas yang diharapkan siswa-siswa akan merampungkannya di dalam setiap kompetensi. Beberapa kompetensi mungkin harus diberikan lebih banyak pelajaran daripada yang semula dialokasikan. Dengan demikian, beberapa akan dikurangi.

Contoh: Distribusi Alokasi Waktu
Kls Smt Kompetensi Dasar waktu Keterangan
I I Memahami dan menghayati makna keEsaan Allah secara benar, serta meyakini dan mampu meyakinkan kepada orang lain bahwa Alllah itu Maha Esa. 22 14 jp tm
8jp praktik/peran
Memahami dan menghayati makna kekuasaan Allah , di dunia maupun di akhirat serta mampu meyakinkkan orang lain bahwa Allah Maha Kuasa 6 4 jp di kls 2 jp di luar kls
Ulangan 6 4 JP UH
2 JP UAS
Jumlah 34
1 II Memahami takdir dan meyakini adanya serta tingkatan-tingkatan takdir.
12 10 jp di kelas 2 jp di lur kelas
Memahami takdir dalam Sunnah Nabi dan takdir dalam Al-Qur’an
8 6 jp di kls, 2 jp di lur kls
Memahami posisi manusia dalam takdir dan batas-batas kebebasan manusia dalm konteks takdir. 8 6 jp di kls, 2 jp di luar kls
Ulangan 6 4 jp UH
2 JP UAS

Jumlah 68

C. Penyiapan dan pengelolaan materi pelajaran

Kurikulum berbasis Kompetensi yang disiapkan secara nasional adalah berisi kompetensi dan hasil belajar yang menjadi acuan bagi madrasah atau daerah untuk dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan masing-masing. Karena itu penyiapan dan pengelolaan materi pelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan masing-masing berdasarkan pada kurikulum dan hasil belajar.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan dan pengelolaan materi pelajaran Aqidah Akhlak di MA, yaitu:
1. Penyiapan materi pelajaran berisi pokok-pokok isi materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kemampuan dasar, hasil belajar, dan indikator hasil belajar
2. Materi pembelajarn perlu dirinci atau diuraikan batasan ruang lingkupnya kemudian diurutkan dan ditunjukkan keterkaitan antar isi materi yang dipelajari dengan nilai fungsi belajar aqidah akhlak dalam kehidupan sehari-hari sesuai tingkat perkembamgan siswa MA
3. Isi materi pembelajaran Aqidah Akhlak berkaitan dengan hal-hal yang abtrak seperti keimanan, dan hal-hal yang bersifat konkret seperti fakta, konsep, dalil, prinsip, hukum, nilai-nilai, sikap dan perilaku berakhlak dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu penyampaian materi di MA di sesuaikan dengan kemampuan tingkat perkembangan berpikir dan kebutuhan beragama siswa MA
4. Sumber materi pelajaran Aqidah Akhlak dapat diperoleh dari Alqur’an –Hadist, Kitab-kitab Aqidah akhlak, Buku Teks, mass media cetak, CD,video, radio, tape, atau media pembelajarn aqidah akhlak, pakar, orang tua, tokoh masyarakat, tetangga, guru lain, atau orang-orang yang dikenal siswa, lingkungan, alam dsb.
5. Persiapan materi dibuat (1) per satuan waktu dalam Silabus Pembelajaran (SP) program tahunan dan semester, dan (2) per satuan pembelajarn dalam program rencana pelajaran (RP).
6. Penguasaan materi pelajaran dalam dilakukan melalui pola kegiatan bealajar di dalam kelas/madarsah dan di luar kelas/di rumah, laboratorium, perpustakaan,media, nara sumber lain, lingkungan, masyarakat luas, dsb.
7. Penilaian kesesuaian materi dengan hasil belajar perlu dilakukan secara terus menerus, materi dapat berubah, berkembang dan diganti dan disesuaikan dengan perkembangan IPTEKS, kondisi peserta didik, dan masyarakat. Penataan pencapain isi materi pelajaran dapat di kelas dan di luar kelas

Contoh : Format Analisis Isi Materi Pembelajaran
Mata Pelajaran :
Satuan Pendidikan :
Kelas/Semester :
Tahun Pelajaran
Kompetensi/Hasil Belajar Materi pembelajaran Kegiatan Belajar Sumber
Di Kelas Luar Kelas








D. Pengelolaan pendekatan, metode/strategi pembelajaran
a. Memilih Pendekatan,metode,strtaegi pembelajaran
Perencanaan yang menggunakan pendekatan berpusatkan pada siswa biasanya akan menghasilkan peranserta aktif dari para siswa karena tidak ada satu cara mengajar yang sesuai untuk semua situasi. Pemilihan strategi pengajaran hendaklah dilakukan dengan memperhatikan guru, siswa, karakteristik bidang studi, lingkungan belajar dan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran.
Beberapa macam-macam metode/startegi pembelajaran Aqidah Akhlak yang dapat digunakan al:
1. Metode doktriner
2. Metode klarifikasi nilai
3. Metode meramalkan konsekwensi
4. Metode penalaran moral (moral reasoning)
5. Metode internalisasi nilai
6. Metode active learning
7. Metode contextual learning
8. Metode kisah dsb

Dibawah ini adalah tabel contoh-contoh strategi mengajar-belajar yang antara lain dapat digunakan untuk mengembangkan sejumlah kompetensi umum belajar aqidah akhlak.

Kompetensi Strategi-strategi yang mungkin berguna sebagai suatu bagian urutan mengajar dan belajar
Kemampuan untuk menghayati keimanan Doktriner, reflektif , klasifikasi nilai, kisah, rikhlah ilmiah, contextual learning
Kemampuan menentukan sikap/akhlak klarifikasi nilai, metode meramalkan konsekwensi, metode penalaran moral (moral reasoning), kisah, contextual learning

Kemapuan bersikap dan berperilaku/berakhlak Metode internalisasi nilai, pembiasaan, praktik langsung, contextual learning
Kemampuan untuk bekerjasama Kerja kelompok, jigsaw, curah pendapat, peta konsep
Pengembangan pengertian tentang suatu konsep Tantangan meraih konsep, surah pendapat, peta konsep, kerja kelompok, membandingkan dan mentesiskan
Kemampuan mengumpulkan data Menggunakan pertanyaan secara efektif, membandingkan dan mensintesikan, mengamati (mengawasi) dengan efektif
Kemampuan memecahkan masalah Mencari ilham, peta akibat (konsekuensi), tabel keuntungan-kerugian
Kemampuan menganalisis informasi dan situasi Peta akibat, tabel keuntungan-kerugian, permainan peranan/konperensi meja bundar
Kemampuan menerapkan pengetahuan pada suatu situasi baru Peta akibat (konsekuensi), permaiann peranan/ konperensi meja bundar, curah pendapat, peta konsep.

b.Menata Strategi belajar sesuai indikator hasil belajar
Masih melihat pada kompetensi yang sama, pertimbangkan strategi-strategi mengajar mana yang dapat digunakan guna memberi kepada siswa-siswa kesempatan untuk mengembangkan, menunjukkan atau menggunakan pengetahuan, keterampilan atau sikap yang ditunjukkan oleh indikator.

Contoh : Topik keMaha Kuasaan Allah
1. Kenali lafad dan makna keMaha Kuasaan Allah
2. Kenali sifat perbedaan antara kekuasaan manusia dan Allah.
3. Cari contoh-contoh kekuasaan manusia dan Allah.
4. Lakukan refleksi pada berbagai KeMaha Kuasaan Allah

c. Mengatur langkah-langkah Strategi Pembelajaran:
Contoh:
1. Gunakan VCD/teks untuk mengenalkan keMaha Kuasaan Allah
2. Kenalkan makna keMaha Kuasaan Allah
3. Latihan pengembangan konsep KeMaha Kuasaan Allah
4. Curah pendapat tentang macam-macam kekuasaan Allah.
5. Buatlah siswa bekerja dalam kelompok atau perorangan untuk menunjukkan dan meyakinkan dan menganalisis KeMaha Kuasaan Allah
6. Buatlah permainan tebak kata/tebak gambar untuk menghafal
7. Lakukan rikhlah ke kebun, atau alam lingkungan sekitar untuk membuktikan keMahaKuasaan Allah
8. Menyuruh siswa untuk melakukan refleksi analisa dengan mengungkapkan membuktikan ketika melihat keMaha Kuasaan Allah

E. Pengelolahan Siswa dengan Kemampuan Belajar Yang Beragam
Dalam proses pembelajaran, guru harus memahami bahwa setiap siswa misalnya karakter sendiri-sendiri, untuk itu perlu dirancang kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang memungkinkan setiap siswa memperoleh peluang sama untuk menunjukkan dan mengembangkan potensinya.
Berikut ini beberapa contoh faktor yang menyebabkan adanya perbedaan antar individu siswa.

Faktor keberagaman Pengelolahan pembelajaran
Isi memberikan peluang kepada siswa untuk mempelajari materi/bahan ajar yang berbeda dalam sasaran kompetensi yang sama ataupun berbeda.
Misalnya: belajar dengan LKS, Cerita pengalaman, Belajar kepada nara sumber, belajar dengan macam-macam sumber belajar
Minat dan motivasi siswa Memberikan peluang kepada siswa untuk berkreasi sesuai minat dan motivasi belajar terlepas dari kompetensi yang sama atau berbeda. Hal ini diharapkan mampu memacu motivasi siswa untuk belajar lebih lanjut secara mandiri
Misalnya, Belajar dengan macam-macam pendekatan, metode, strategi, macam-macam program di kelas dan di luar kelas
Kecepatan tahapan belajar Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar (bekerja) sesuai dengan kecepatan yang dimilikinya. Keberagaman bisa pada kompetensi dan/atau isi materi pelajaran, serta kegiatan yang dilakukan siswa
Tingkat kemampuan Memberikan peluang kepada setiap siswa untuk mencapai kompetensi secara maksimal sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Keberagaman bisa pada kompetensi dan/atau isi materi pelajaran serta kegiatanya
Reaksi atau respon yang diberikan siswa Memberikan kesempatan atau peluang kepada siswa untuk menunjukkan respon melalui sikap dan perilaku akhlaknya sehari-hari, pengamatan pembiasaan beradab secara islami ketika di rumah dan di madrasah, cerita kebiasaan sikap dan perilaku akhlak dalam kehidupan sehari-hari, baksos, amal jum’atan, Idul Qurban, dan sebagainya presentasi hasil tugas, pengalamannya secara lisan, tertulis, benda kreasi, dan sebagainya
Siklus cara berfikir Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menguasai materi melalui cara-cara berdasarkan perspektif yang mereka pilih
Struktur pengetahuan Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih (menyeleksi) materi berdasarkan cara yang dikuasai, misal : dari yang mudah ke sulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari dekat ke jauh.
Waktu Memberikan perhatian kepada setiap individu siswa yang kemungkinannya adanya perbedaan durasi/tempo waktu untuk mencapai ketuntasan dalam belajar
Pendekatan pembelajaran Memberikan perlakuan yang berbeda kepada setiap individu sesuai dengan keadaan siswa.

BAB III. PELAKSANAAN KBM

A. Persiapan
Persiapan pelaksanaan KBM (persiapan mengajar) adalah rencana yang digunakan untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun dalam silabus. Silabus merupakan serangkaian kegiatan atau pengalaman belajar yang harus dilewati untuk mencapai ketuntasan kompetensi. Suatu silabus adakalahnya mencakup beberapa kompetensi yang saling berkaitan. Silabus dapat disusun oleh guru sendiri atau oleh Tim pengembang silabus madrasah. Sedangkan tugas guru adalah mempersiapkan rencana pembelajaran (RP) sifatnya lebih teknis dan dimanfaatkan untuk setiap kali pertemuan sebagai kerangka acuan kegiatan pencapaian kompetensi siswa sebagaimana yang diharapkan dalam silabus. Dengan demikian rencana pelajaran itu dapat dijadikan alat pemantau proses pembelajaran itu sendiri
Hal-hal yang perlu dipersiapkan guru dalam pelaksanaan KBM adalah :
1. Membuat rencana pelaksanaan silabus dalam program tahunan dan semester mata pelajaran Aqidah Akhlak
2. Membuat rencana pembelajaran (RP) per satuan pertemuan mata pelajaran Aqidah Akhlak















Contoh Format Silabus:
Nama Madrasah:
Kelas/Semester:
Tahun Pelajaran:
Mata Pelajaran:
Standar Kompetensi:
Kompetensi Dasar Hasil Belajar Materi Pembelajaran Pengalaman belajar Bukti/indikator Hasil Belajar Alokasi waktu Bahan Rujukan/
Sumber Belajar




Rencana Pembelajaran (RP) merupakan persiapan mengajar yang berupa kesatuan kegiatan belajar siswa dalam mencapai standar kompetensi yang ditetapkan yang perlu diupayakan dan dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Karena itu di dalam rencana pembelajaran harus terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru selanjutnya sertelah satu pertemuan selesai.

Contoh Format Rencana Pembelajaran :

RANCANGAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : …………………..
Kelas/Semester : …………………..
Alokasi Waktu : …………………..
Kompetensi Dasar
Hasil Belajar
Indikator
Hasil Belajar
Langkah
Pembelajaran Awal :
Inti :

Penutup :
Materi
Pembelajaran
Sumber Belajar
Penilaian

B. Pelaksanaan

Pelaksanaan KBM adalah upaya dilakukan oleh guru untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun baik di dalam silabus maupun rencana pembelajaran. Karena itu pelaksanaan KBM menunjukkan penerapaan langkah-langkah suatu strategi pembelajaran yang di tempuh oleh guru untuk menyediakan pengalaman belajar, langkah-langkah metode/strategi kegiatan belajar mengajar, dan program-program pembelajaran lintas kurikulum dalam mencapai standart kompetensi hasil belajar Aqidah Akhlak di madrasah Aliyah yang mengacu pada pendekatan, prinsip-prinsip KBM dan motivasi belajar, serta cara-cara belajar yang produktif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Beberapa pilihan strategi pembelajaran Aqidah Akhlak dan langkah-langkah penerapannya berikut:
1. Metode Indoktrinasi dengan langkah-langkah pembelajaran (1) malakukan brain-washing, yakni guru memulai pendidikan nilai dengan jalan merusak tata nilai yang sudah mapan dalam pribadi siswa untuk dikacaukan, (2) penanaman fanatisme, yakni guru dapat menanamkan ide-ide baru atau nilai-nilai yang dianggap benar, (3) penanaman doktrin, yakni guru hanya mengenalkan satu nilai kebenaran yang harus diterima siswa tanpa harus mempertanyakan hakikat kebenaran itu.
2. Metode Moral Reasoning melalui langkah-langkah (1) penyajian dilema moral, yakni siswa dihadapkan pada isu-isu moral/ nilai yang bersifat kontradiktif, (2) pembagian kelompok diskusi, siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan, (3) diskusi kelas, hasil diskusi kelompok kecil dibawa ke dalam diskusi kelas untuk memperoleh dasar pemikiran siswa untuk mengambil pertimbangan dan keputusan moral, dan (4) seleksi nilai/ moral terpilih, setiap siswa dapat melakukan seleksi sesuai tingkat perkembangan moral yang dijadikan dasar pengambilan keputusan moral serta dapat melakukan seleksi nilai yang terpilih sesuai alternatif yang diajukan.
3. Metode Meramalkan Konsekuensi dengan langkah-langkah (1) penyajian kasus-kasus moral-nilai, siswa diberi kasus-kasus moral-nilai yang terjadi di masyarakat, (2) perngajuan pertanyaan, siswa dituntun untuk menemukan nilai dengan pertanyaan-pertanyaan penuntun mulai dari pertanyaan tingkat sederhana sampai pada pertanyaan tingkat tinggi, (3) perbandingan nilai/ moral yang terjadi dengan yang seharusnya, dan (4) meramalkan konsekuensi, siswa disuruh meramalkan akibat yang terjadi dari pemilihan dan penerapan suatu moral/ nilai.
4. Metode Klasifikasi Nilai dengan langkah-langkah (1) membatu siswa proses menemukan nilai, (2) proses menentukan tujuan, mengungkapkan perasaan, menggali dan memperjelas nilai, (3) merencanakan tindakan, dan (4) melaksanakan tindakan sesuai keputusan nilai yang diambil dengan model–model yang dapat dikembangkan melalui moralizing; penanaman moral secara langsung dengan pengawasan/kontrol yang ketat, laisez-faire; anak diberi kebebasan cara mengamalkan pilihan nilainya tanpa pengawasan/tidak ada kontrol yang ketat, modelling melakukan penanaman nilai dengan memberikan contoh-contoh agar ditiru/keteladanan guru.
5. Metode/strategi Mengaktifkan belajar siswa (active learning)
a. Jiqsaw , yakni strtaegi kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerjasama dan tanggungjawab. Strategi ini menjamin setiap siswa memikul suatu tanggung jawab yang signifikan dalam kelompok. Langkah-langkah Kelas diatur ke dalam sejumlah kelompok ‘pangkalan’ dengan kira-kira enam anggota masing-masing. Tugas dibagi kedalam jumlah bagian yang sama dengan anggota-anggota dalam setiap kelompok pangkalan. Didalam tiap kelompok pangkalan, setiap siswa meneliti satu dari isu atau pertanyaan yang berbeda-beda itu. Anda dapat menugaskan tugas khusus untuk anggota-anggota kelompok pangkalan atau membiarkan kelompok berunding diantara mereka mengenai siapa yang akan melakukan apa.
b. Curah Pendapat, curah pendapat dapat menjadi pembuka dari sejumlah kegiatan. Kegiatan ini perlu dikendalikan oleh guru tetapi tidak membatasi atau mengarahkan alur gagasan- gagasan. Dalam sidang curah pendapat, guru meminta siswa-siswa untuk memberi kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang ditulis di papan. Guru menjamin bahwa semua siswa didalam kelas menyumbang dan tidak menunjukkan melalui perkataan atau perbuatan bahwa satu jawaban lebih berharga atau tepat. Pada tahap-tahap permulaan, semua sumbangan diterima dan tiada diskusi mengenai hal-hal itu Begitu daftar sudah rampung, guru memperkenankan diskusi, umpamanya “Manakah dari gagasan- gagasan ini yang anda setujui atau tidak disetujui dan mengapa ?”.”Apakah beberapa gagasan ini perlu dikelompokkan bersama ?”.
c. Peta Konsep, Peta konsep dapat dikembangkan secara individual atau dalam kelompok kecil. Siswa-siswa mengatur sejumlah konsep atau kata-kata kunci pada satu halaman kertas dan kemudian menghubungkannya dengan garis-garis dan sepanjang garis itu ditulis suatu kata atau ungkapan yang menjelaskan kaitan antara kata-kata atau konsep-konsep.
6. Metode /Strategi mengumpulkan informasi
a. Pertanyaan efektif menggunaskan sumber daya cetakan, jika siswa diminta untuk mengerti dan bukan sekedar mengingat informasi yang ditemukannya di dalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya, maka mereka haruslah aktif mengumpulkan informasi. Pengajuan suatu pertanyaan menggunakan kata-kata dan ungkapan yang tidak mudah ditemukan di dalam teks atau naskah. Sehingga mendorong siswa berpikir dan berpendapat tidak hanya untuk menyalin jawaban.
b. Contoh:Pertanyaan ‘apakah ciri-ciri orang beriman?’ tidak tepat jika hal-hal berikut dapat ditemukan di dalam teks. Pertanyaannya yang lebih tepat adalah ‘ cari uraian tentang ciri-ciri orang beriman di dalam teks dan gunakanlah itu untuk memutuskan orang-orang berikut yang mana yang sesuai dimasukkan kedalam kelompok orang beriman. Lalu, siswa disediakan gambar-gambar dan uraian-uraian, menggunakan beragam kosakata, dari beberapa sikap dan perilaku orang yang beriman dan yang tidak beriman.
c. Membandingkan dan mensintesiskan informasi, Pemahaman informasi yang dikumpulkn dari sumberdaya dapat ditingkatkan jika siswa-siswa bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok diberi sumberdaya yang berbeda untuk digunakan dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang sama. Dengan demikian, siswa-siswa harus membandingkan dan mendiskusikan jawaban-jawaban yang sudah mereka tuliskan, sehingga, sebagai hasilnya, mereka akan mampu memberi satu jawaban yang memuaskan. Ini sering merupakan strategi yang efektif untuk dipakai oleh kelompok-kelompok pakar ketika pendekatan ‘ gergaji ukir ‘ (jigsaw) terhadap proyek penelitian digunakan.
d. Mengamati (mengawasi) aktif, Sering siswa-siswa tidak berpikir dan belajar aktif pada waktu menonton video. Beberapa orang guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa-siswa untuk dijawab pada waktu mereka menonton video. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu disajikan dengan susunan dimana jawaban-jawaban akan muncul didalam video dan ungkapan-ungkapan kunci didalam pertanyaan-pertanyaan juga terjadi didalam video, sehingga menunjuk pada jawaban. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mudah dijawab dan jarang menuntut keterlibatan aktif.
7. Strategi-strategi analisis
a. Peta akibat, Strategi ini dapat digunakan sebelum atau sesudah siswa-siswa mempelajari sesuatu topik. Hal itu dapat digunakan untuk menemukan seberapa tuntas siswa-siswa sudah memikirkan sesuatu isu atau peristiwa, atau dapat digunakan untuk menemukan apakah mereka sudah mampu menerapkan informasi yang sudah dipelajarinya dalam menganalisis situasi baru. Siswa-siswa diminta untuk mempertimbangkan semua hasil atau akibat yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan dan kemudian hasil-hasil dan akibat-akibat sesudah itu. Mereka hendaklah didorong untuk berpikir tentang akibat-akibat positif dan negatif dalam rentang konteks yang mungkin meliputi hal-hal yang bersifat sosial, etik, moral, ekonomi, politik, hukum atau politik.
b. Keuntungan dan kerugian,Suatu tugas analisis yang kurang rumit dapat melibatkan siswa-siswa untuk memeriksa informasi yang mereka temukan tentang keputusan, sikap atau tindakan yang kotroversial (menjadi sengketa). Siswa-siswa bekerja sebagai satu kelas keseluruhan atau dalam kelompok-kelompok untuk menggolong-golongkan informasi yang mereka kumpulkan atas menguntungkan atau merugikan bagi mereka sendiri, keluarganya, desa atau masyarakat umumnya. Sesudah klasifikasi atas keuntungan dan kerugian sudah dirampungkan, siswa-siswa dapat diminta untuk memutuskan, apakah sesudah menyeimbangkan, mereka mendukung keputusan, sikap atau tindakan itu.
c. Permainan peranan/ konperensi meja bundar, strategi-strategi ini meliputi permainan perananatau advokasi untuk kepentingan kelompok komunitas tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa-siswa mengenali bahwa biasanya terdapat suatu rentang sudut pandang mengenai sesuatu isu dan suatu rentang cara menafsirkan informasi tentang isu itu. Pandangan-pandangan ini biasanya ditentukan oleh pengalaman, harapan dan cita-cita, nilai pendidikan, gaya hidup dan peranan di dalam masyarakat dari orang yang mengungkapkan pandangan itu. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan), memastikan bahwa semua siswa diperkenankan mengemukakan pandangan sesuai peranan yang diterimanya, bahwa setiap diskusi berlangsung tertib dan mendorong peran serta yang jika perlu dengan mengajukan pertanyaan.Pada akhir konperensi meja bundar, siswa-siswa hendaklah didorong untuk memperhatikan semua sudut pandang dan tiba pada suatu keputusan pribadi tentang isu itu.
8. Praktik Pengamalan
Praktik pengamalan menjadi bagian penting dari pembelajaran aqidah akhlak. Siswa dari apa yang telah dipelajari harus dikembangkan menjadi sifat dan perilaku yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
a. Kerja individu dan kelompok,Proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian layanan kepada setiap individu siswa agar mereka berkembang segara maksimal sesuai dengan potensi yang mereka memiliki. Pelayanan secara individual bukan berarti mengajari anak satu persatu secara bergantian, melainkan dengan memberikan pelung sebesar-besarnya kepada setiap individu untuk memperoleh pengalaman belajar sebanyak-banyaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan siswa baik secara individu maupun beregu. Satu dari cara yang paling biasa untuk mendorong kerja-regu adalah meminta siswa-siswa untuk bekerja dalam suatu regu atau kelompok untuk mencari jawaban-jawaban pada pertanyaan-pertanyaan, untuk memecahkan suatu masalah, untuk melaksanakan suatu eksperimen atau meneliti suatu topik proyek. Namun, guru harus berhati-hati agar harapan akan kerjasama, toleransi, semangat regu dan pengertian tentang hakikat pekerjaan hendaklah realistis mengingat ketrampilan dan pengalaman siswa-siswa.
b. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental, banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEM’

9. Contoh Penerapan Strategi Moral Reasoning

Kompotensi Dasar Terbiasa beberapa akhlak terpuji yang dapat memperkokoh kehidupan diri sendiri dan keluarga.
Hasil Belajar Memahami dan membiasakan beberapa akhlak terpuji yang dapat memperkokoh kehidupan diri sendiri dan keluarga.
Indikator
Hasil Belajar Dapat menjelaskan dan menganalisis beberapa contoh akhlak terpuji yang dapat memperkokoh kehidupan diri sendiri dan keluarga. Berlatih dan terbiasa berakhlak terpuji terhadap diri sendiri, orang tua, dan keluarga terdekat lainnya.
Langkah
Pembelajaran Awal : Mengajukan pertanyaan “ Sebutkan beberapa akhlak terpuji yang biasa dilakukan terhadap diri sendiri maupun keluarga ? Berikan contoh yang konkrit beberapa akhlak terpuji? Bagaimana cara membiasakan akhlak yang terpuji? Kemukakan analisa anda tentang pengaruh membiasakan akhlak terpuji terhadap diri sendiri dan keluarga.
Inti :
2. Membaca cerita/ Mengamati Video/VCD, cerita guru dsb, tentang akhlak terpuji, seperti amanah “Kembala Kambing dan srigala”
3. Pertanyaan: bagimana situasai dilemma yang dihadapi sang pengembala. Apakah yang dimaksud amanah, Bagiman jika suasana itu terjadi/menimpa pada diri anak-anak
4. Strategi kelompok kecil dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang. Setiap kelompok diberikan peran/tugas kelompok untuk (1) mengidentifikasi watak/sifat/akhlak contoh-contoh sifat amanah Sang Pengembala yang jujur , kelompok (2) mengilustrasikan akhir cerita akibat sikap dan perbuatan sang pengembala, dan kelompok lainnya (3) mendaftar alasan-alasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan dari sifat pengembala
5. Memilih sikap untuk memegang teguh amanah kehidupan sehari -hari dan alasan-alasannya
6. Melakukan analisa keharusan untuk membiasakan akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari dengan akibat-akibatnya.
Penutup : Guru membantu siswa merangkum hasil belajar dan siswa suruh membacakannya
Tugas untuk menganalisa atau melakukan evaluasi diri dalam membiasakan beberapa akhlak terpuji terhadap diri sendiri maupun keluarga.
Materi
Pembelajaran 1. Pengertian akhlak terpuji amanah
1. Contoh sikap dan perilaku amanah
2. Menunjukkan ciri-ciri sikap dan perilaku amanah
3. Cara membiasakan akhlak terpuji
4. Analisis tentang pengaruh membiasakan akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari dengan akibat-akibatnya.
Sumber Belajar Buku Teks, Orang tua/masyarakat, VCD,
Penilaian Portofolio
Pengamatan
Bentuk-bentuk Program kegiatan Lintas Kurikulum:
7. Problem solving : Siswa dihadapkan pada masalah konkret. Misalnya menemukan dompet di jalan, tidak menyontek dalam ujian , pemimpin yang memegang teguh amanah. Siswa diajak untuk memikirkan bersama, mendiskusikan bersama, dan memecahkan masalah secara bersama-sama serta menganalisa pengaruh membiasakan kehidupan sehari-hari terhadap diri sendiri dan keluarga.
8. Reflective thinking/critical thinking, siswa secara pribadi atau berkelompok dihadapkan pada suatu artikel, peristiwa, kasus, gambar, foto, dan lain sebagainya. Siswa diajak untuk membuat catatan refleksi atau tanggapan serta menganalisis bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan bisa dipilih sendiri oleh siswa.
9. Group dynamic. Siswa dibimbing untuk kerja kelompok secara kontinyu dalam mengerjakan suatu proyek tertentu
10. Community building, siswa satu kelas diajak untuk membangun komunitas atau masyrakat mini dengan aturan, tugas, hak, dan kewajiban yang mereka atur sendiri secara demokratis
11. Responsibility building, siswa diberi tugas yang konkret dan diminta membuat laporan pertanggungjawaban secara jujur
12. Picnic, siswa merancang kegiatan santai di luar sekolah, tidak harus ke tempat jauh dan biaya mahal. Untuk menggali nilai-nilai sosial, spritual, keindahan, dsb
13. Camping study, siswa diajak melakukan kegiatan kamping dalam rangka belajar. Kegiatan ini juga tidak harus jauh, bisa di halaman sekolah
14. Retret/gladi rohani/rekoleksi/weekend moral, siswa dibimbing mengambil waktu khusus untuk mengambil jarak dari kesibukan sehari-hari guna secara intensif mengelolah kehidupan rohani dengan merenung, mengoreksi diri, memikirkan kehidupan
15. Live-in, siswa tinggal dan hidup bersama dalam jangka waktu tertentu di tengah kehidupan masyarakat kecil, desa atau kota. Selama 3-7 hari tinggal bersama dan mengikuti kehidupan masyarakat layaknya mereka tinggal dan hidup di tempat itu. Selama proses dan pada akhir live-in siswa dibimbing untuk merefleksikan seluruh pengalamannya.


C.Penilaian

Penilaian diharapkan dapat memberikan gambaran posisi siswa dalam alur proses pembelajaran: apa yang telah dikuasainya dan apa yang masih harus diupayakan untuk dikuasai. Untuk itu penilaian harus diarahkan pada indikator kompetensi pencapaian belajar siswa. Dengan memanfaatkan kekuatan dan kelemahan siswa sebagaimana ditunjukkan oleh hasil penilaian, guru dapat melakukan perbaikan terhadap kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan.

Penilaian hendaknya memenuhi kepatutan sebagai penilaian yang baik – absah, terandal dan objektif. Keabsahan sebuah penilaian berkaitan dengan relevansi dari penilaian itu terhadap kompetensi yang diukurnya. Keterandalan penilaian akan tergantung pada jumlah bukti yang dijadikan landasan penilaian itu. Pada umumnya, makin banyak bukti yang digunakan untuk membuat penilaian, makin terandal penduga kompetensi siswa itu. Sedangkan objektifitas penilaian dapat dilihat tatkala apakah penilaian itu dipengaruhi oleh pilihan tugas atau oleh siapa yang melakukan penilaian itu. Kriteria lain bagi penilaian kegiatan belajar mengajar di kelas itu termasuk.
• Terintegrasi ke dalam program pembelajaran
• Bervariasi dalam gaya dan metodenya
• Cocok bagi apa yang dinilainya
• Adil bagi semua siswa pesertanya
• Dinilai guru dan digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
Bentuk penilaian untuk kegiatan di kelas dapat berbentuk penilaian (1) kertas-dan-pulpen, (2) unjuk kerja, (3) projek, (4) portofolio, dan (5) produk.

Dalam penilaian kertas-dan-pulpen, siswa menanggapi beberapa pertanyaan dan jawaban tertulis mereka dijadikan bukti tingkat pengetahuan, keterampilan, pemahaman atau sikapnya. Siswa tidak selalu harus menuliskan jawabannya manakala menjawab pertanyaan. Kadang-kadang mereka mewarnai bulatan, menandai posisi pada baris, atau menggambar diagram.

Penilaian unjuk-kerja (performance) terjadi manakala siswa terlibat dalam sebuah kegiatan. Penilaian ini merupakan penilaian unjuk kerja, prilaku atau interaksi di tempat. Tak ada produk konkret lain yang bisa dinilai pada tahap selanjutnya, kecuali barangkali dalam bentuk rekaman audio atau video dari unjuk-kerja aslinya. Unjuk kerja dapat dinilai dengan sebuah angka yang menggambarkan kesan keseluruhan (holistik) atau dengan memberikan nilai kepada beberapa aspek unjuk-kerja secara terpisah (analitik).

Penilaian dengan bentuk projek merujuk pada beberapa karya dalam satu kurun waktu tertentu. Siswa melakukan investigasi yang melibatkan pengumpulan, pengorganisasian, evaluasi dan presentasi bahan atau data. Sebuah projek memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan dirinya sebagi pembelajar yang madiri. Sebuah projek juga memberi kesempatan kepada guru untuk mengukur keterampilan penelitian siswa, kemampuannya untuk mengorganisasikan dan memilih dan untuk mengukur kemampuan siswa dalam bekerja sama dengan orang lain serta mengomunikasikan gagasan dan pendapatnya.

Penilaian lain adalah penilaian portofolio. Portofolio adalah koleksi karya siswa yang dikumpulkan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan penilaian portofolio bisa beraneka. Tujuannya akan menentukan apa yang harus masuk dalam portofolio itu dan siapa yang harus melakukan pemilihannya. Bukti yang dikandung oelh sebuah portofolio bisa berbentuk penilaian kertas-dan-pulpen, projek, produk dan rekaman atau catatan unjuk-kerja. Karya yang dipilih bisa berbentuk karya mandiri siswa atau karya kolaboratif dalam tim.

Penilaian produk merujuk pada penilaian berdasarkan hasil yang dibuat oleh siswa, biasanya dalam teknologi dan seni. Penilaian produk dilakukan tatkala fokus karya siswa adalah proses produksi atau kualitas produk. Terdapat tiga fase pengembangan: persiapan, produksi, dan penilaian. Masing-masing fase dapat memberikan bukti unuk menilai kompetensi yang berbeda. Penilaian produk dapat berfokus pada salah satu atau beberapa dari tiga fase tersebut.

Terdapat tiga aspek berkenaan dengan penilaian dan pencatatan pencapaian siswa:
• Kriteria penilaian
• Pemilihan penilai
• Jenis penilaian
Dalam mengembangkan kriteria dalam untuk menilai kualitas jawaban siswa, sejumlah pertmbangan diperlukan. Kriteria tersebut harus merujuk pada indikator pencapaian belajar yang tengah diukur. Kriteria ini harus juga jelas kepada siswa, orang tua maupun guru lain. Kriteria itu hendaknya adil dan tidak menggambarkan variabel yan dapat dikontrol baik oleh guru maupun siswa itu sendiri seperti misalnya latar belakang budaya dan jenis kelamin.

Penilaian pencapaian itu bisa dibuat oleh guru, teman siswa atau siswa itu sendiri (penilaian diri).penilaian sejawat dan penilaian diri dapat membantu siswa untuk menelaah apa yang mereka ketahui dan bagaimana mereka belajar dan dapat mendorong tanggungjawab untuk belajar.

Menggunakan penilai yang berbeda dan membandingkan hasil penilaian dapat mengarah kepada perbaikan dalam hal kejelasan kriteria penilaian.

Salah satu ciri dari penilaian kertas-dan-pulpen adalah bahwa penentuan tentang jawaban yang berterima terhadap sebuah pertanyaan dibuat pada waktu konstruksi alat penilaian itu. Petunjuk penilaian yang melengkapi penilaian itu menspesifikasi kriteria penilaian. Sistem penilaian dapat
menggunakan model jawaban benar/ salah, atau model jawaban dengan kredit parsial yang membedakan jawaban yang berkualitas berbeda, atau skala penilaian yang memberikan beberapa kategori bagi penilaian terhadap jawaban siswa.

2. PROGRAM REMIDIASI DAN PENGAYAAN
Program ini diperlukan untuk memberikan layanan kepada para siswa yang memiliki kemampuan dan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Program remidiasi ditekannkan pada pemberian layanan bimbingan kepada siswa yang belum mencapai tingkat kompetensi yang ditetapkan. Sedangkan pengayaan diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan lebih atau memiliki minat dan bakat tertentu dalam bidang pendidikan agama.













Contoh Format
RANCANGAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : …………………..
Kelas/Semester : …………………..
Alokasi Waktu : …………………..
Kompotensi Dasar
Hasil Belajar
Indikator
Hasil Belajar
Langkah
Pembelajaran Inti :
1. Appersepsi
2. Refleksi Waktu
5-10’
Inti :
1.Penemuan konsep
a…………….
b……………..
c. …………….
2.Penemuan Nilai
a………………
b……………..
c…………….. dst
3.Pengambilan Nilai/Sikap
a……………..
b………………
c……………..
Waktu
15-20’
Penutup :
1. Rayakan/Penghargaan
2. Internalisasi Nilai Waktu
5-10’
Pengalaman Belajar
1. Di kelas
2. Luar Kelas
Sumber/Media Belajar
Penilaian
1. Kreteria
2. Jenis













KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
GURU PAI SISWA
MEMBUKA PELAJARAN
1. Memberikan salam
2. PetranMembagikan bahan ajar
3. Menuliskan/ membacakan tujuan pembelajaran
4. Memotivasi siswa bagaimana belajar MEMPERSIAPKAN DIRI
1. Menjawab salam
2. Menerima bahan ajar
3. Mencatat/ menyimak tujuan pembelajaran
4. Memperhatikan dan mengikuti petunjuk
MENGKONDISIKAN PEMBELAJARAN
1. Menugaskan seorang siswa membaca teks dilema moral
2. Menjelaskan kata-kata atau istilah yang dianggap sulit, mengidentifikasi fakta, dan menetapkan dilema moral
3. Mempersilakan siswa menanggapi dilema moral untuk dipecahkan
4. Menanggapi alternatif jawaban siswa dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dilema moral yang mengacu pada konteks untuk merangsang pengembangan struktur kognitif siswa
5. Memotivasi siswa untuk menemukan alternatif pemecahan masalah dengan mengubah diskusi kelas menjadi diskusi kelompok
6. Menugaskan siswa agar:
a. Membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 siswa
b. Setiap siswa bebas memilih atau menentukan kelompok
c. Setiap kelompok memilih ketua dan sekretaris
d. Setiap kelompok mengatur posisi tempat duduknya, sehingga memudahkan terlaksananya diskusi
e. Ketua memimpin diskusi kelompok dan sekretaris mencatat hasildiskusi
f. Ketua dan sekretaris mempunyai hak yang sama untuk mengajukan pendapat
7. Mengarahkan kelompok agar mendiskusikan lebih lanjut dan mendalam tentang dilema moral dan setiap keputusan moral yang dipilih harus disertai alasan dan pertimbangan yang memadai
8. Memintau seluruh kelompok diskusi, memberikan bimbingan dan arahan seperlunya
9. Menyarankan agar setiap kelompok membuat peringkat pertimbangan moral yang merupakan alasan bagi ditetapkannya keputusan-keputusan moral
10. Mengkoordinasikan dan mengarahkan terselenggaranya diskusi kelas yang kondusif
11. Menugaskan ketua kelompok untuk membacakan keputusan hasil diskusi dilema moral berdasarkan peringkat pertimbangan moral
12. Mencatat perkembangan penalaran moral yang dicapai kelompok diskusi atau masing-masing siswa
13. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk memberikan tanggapan terhadap keputusan pertimbangan moral yang disampaikan
14. Memberikan tanggapan atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau isu moral yang belum terungkap MELAKUKAN KEGIATAN BELAJAR
1. Seorang siswa membaca teks dilema moral, siswa yang lain menyimak
2. Memahami makna kata-kata atau istilah, mengidentifikasi fakta, menentukan dilema moral
3. Memberikan tanggapan dengan mengajukan alternatif jawaban sebagai pemecahan masalah
4. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dilema moral yang diajukan guru serta memberikan alternatif jawaban sementara

5. Siswa berusaha menemukan alternatif pemecahan masalah dengan melakukan diskusi kelompok

6. Melakukan kegiatan:
a. Membentuk kelompok diskusi dengan anggota 4-6 orang
b. memilih dan menentukan anggota kelompok
c. memilih ketua dan sekretaris kelompok
d. mengatur posisi tempat duduk sehingga memudahkan pelaksanaan diskusi
e. ketua memimpin diskusi dan sekretaris mencatat hasil diskusi

f. ketua dan sekretaris ikut aktif berpendapat, di samping melaksanakan tugasnya

7. Setiap kelompok berdiskusi dan merumuskan keputusan dilema moral disertai alasan dan pertimbangan


8. Mendiskusikan lebih lanjut dan mendalam tentang keputusan dilema moral sesuai bimbingan dan arahan
9. Setiap kelompok meyusun kembali peringkat keputusan moral berdasarkan peringkat pertimbangan moral

10. Pimpinan mengkoordinasikan diskusi kelas secara kondusif

11. Ketua kelompok membacakan hasil keputusan diskusi dilema moral


12. Mengemukakan pendapat sesuai kemampuan penalaran

13. Setiap siswa dalam anggota kelompok memberikan pendapat disertai alasan dan pertimbangan moral

14. Menjawab atau menanggapi pertanyaan atau isu moral yang diajukan oleh guru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar